Terangdunia.com – “Saya merasa kelelahan! Saya stress karena terlalu banyak hal yang harus saya kerjakan! Saya amat sibuk dan sekarang saya sulit berhenti!” Suara-suara seperti itu dengan mudah kita temukan dalam wajah-wajah lelah di sekeliling kita dan bahkan dalam diri kita sendiri. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang kelelahan.
Tentu saja, kelelahan itu tidak selalu buruk. Kelelahan karena bekerja keras untuk menghasilkan yang terbaik dalam kehidupan justru membahagiakan. Margaret Thatcher, mantan perdana menteri Inggris pernah berkata ”Ingatkah kau saat merasa puas dan lega? Hal tersebut pastilah bukan hari-hari di mana kau tidak melakukan hal apapun, melainkan saat kau telah menyelesaikan pekerjaan yang ingin kau lakukan dan telah kau selesaikan.” Jika kita lelah untuk sesuatu yang tepat, itu memang memuaskan!
Walaupun demikian, ada kelelahan yang lain sekali jenisnya. Kelelahan ini biasanya melekat pada orang yang menganggap hidup ini sebuah pertandingan. Tepatnya, pertandingan untuk menjadi lebih unggul dibandingkan orang lain dan pertandingan untuk mengalahkan musuh-musuh yang bernama masalah-masalah kehidupan.
Biasanya orang yang mengalami kelelahan jenis ini tidak menyadari apa yang terus menggerakkan hidupnya untuk mencapai ”lebih” dan ”lebih lagi”. Mereka larut dalam pertandingan kehidupan yang mereka ciptakan sendiri. Seorang mahasiswa bisa saja terus merasa tidak puas walaupun telah belajar ”setengah mati” karena masih ada temannya yang lebih berprestasi. Seorang dosen bisa saja terus terpacu untuk mengadakan penelitian dan pengabdian masyarakat, bukan karena menikmatinya, tetapi demi mengejar ”ketertinggalan” dibandingkan teman-temannya.
Pertandingan jenis kedua yang melelahkan adalah menganggap masalah kehidupan sebagai musuh. Orang-orang ini kelelahan karena mereka menganggap masalah-masalah adalah gunung-gunung yang harus ditaklukkan dan bukan dinikmati sebagai sebuah perjalanan kehidupan.
Ya, hidup orang-orang seperti itu adalah pertandingan yang melelahkan karena digerakkan oleh persaingan tiada henti dan musuh bernama masalah yang tak kunjung habis. Kehidupan seperti ini tentu saja amat menekan walaupun mungkin menggairahkan.
Jadi, apakah hidup tidak boleh dihayati sebagai pertandingan? Bukan! Bukan itu masalahnya! Masalah utamanya adalah, jika hidup kita hayati sebagai pertandingan, siapakah yang kita definisikan sebagai musuh kita? Jika Anda berpikir bahwa orang-orang lain adalah ”musuh-musuh” untuk dikalahkan, bersiaplah untuk kelelahan seumur hidup karena akan selalu ada orang yang lebih unggul daripada Anda dalam hal apapun. Jika Anda menganggap masalah-masalah ekonomi, keluarga, pekerjaan sebagai ”musuh” untuk ditaklukkan, maka Anda akan kehabisan energi karena masalah tidak akan pernah lenyap dalam kehidupan Anda. Sungguh kasihan kehidupan yang demikian!
Akan tetapi, tidak seperti kebanyakan orang yang menjadikan rekan kerja, teman kuliah dan masalah-masalah kehidupan sebagai musuh-musuh yang harus dikalahkan, Alkitab memiliki definisi yang berbeda tentang siapakah musuh kita yang sesungguhnya.
Tidak diragukan lagi, musuh terbesar hidup kita adalah diri kita sendiri. Amsal 16:32 berkata ”Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya,melebihi orang yang merebut kota.” Ayat ini memberikan pencerahan bagi kita bahwa mengalahkan diri sendiri adalah prestasi yang lebih tinggi daripada mengalahkan orang lain.
Ya, hidup ini adalah sebuah pertandingan, tetapi pertandingan kita adalah melawan sifat-sifat dosa dan kelemahan-kelemahan dalam diri kita sendiri. Pertandingan ini juga melelahkan, bahkan seringkali lebih melelahkan daripada mengalahkan orang lain. Tetapi paling tidak, itu adalah pertandingan yang tepat dan kita bisa menang jika bersandar pada kekuatan Tuhan
Sisi lain dari pertandingan melawan diri sendiri adalah bekerja keras untuk memaksimalkan semua potensi kita, bukan untuk mengalahkan orang lain tetapi untuk mempertanggunjawabkan semua talenta yang Tuhan berikan (bdk.Matius 25:14-30). Jika kita melakukan hal ini, kita akan merasakan kegairahan yang tidak kurang dibandingkan dengan persaingan tetapi dengan penghayatan yang tepat.
Jenis pertandingan lain yang diperintahkan Alkitab adalah pertandingan iman. Paulus berkata: ”Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal…” ( 1Tim. 6:12). Ketika Paulus akan mengakhiri hidupnya, ia berkata ”Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2Tim. 4:7). Pertandingan iman berarti melawan segala macam kuasa dan godaan yang dapat membuat kita bergeser dari Tuhan Yesus sebagai pusat kehidupan kita.
Dalam pertandingan iman ini, kita diuji melalui ejekan, pelecehan dan penganiayaan yang kita terima sebagai murid Kristus. Selain itu, ada godaan-godaan untuk mengorbankan iman kita demi kekayaan, kedudukan, ketenaran dan kenikmatan dunia lainnya. Seperti Petrus yang pernah menyangkali imannya tetapi bangkit kembali, demikianlah hidup kita kadangkala jatuh dan bangun kembali dalam pertandingan iman.
Pertandingan melawan diri sendiri dan pertandingan iman inilah yang seharusnya menjadi fokus hidup kita. Lawan kita adalah sifat dosa dalam diri kita dan iblis yang ada di luar namun seringkali merasuki cara pikir kita (bdk. Ef. 6:12).
Mungkin Anda bertanya ”Kapankah iblis telah merasuki cara pikir kita?” Salah satu fakta yang paling jelas adalah ketika kita terbiasa berpikir untuk terus mengalahkan orang lain dan menganggap masalah-masalah kehidupan sebagai musuh yang harus ditaklukkan. Ketika kita berpikir demikian, maka kita dialihkan dari pertandingan yang sejati menuju ke pertandingan yang semu dan melelahkan.
Akhir kata, jika Anda lelah karena berjuang dalam pertandingan yang benar, bersyukurlah! Tetapi jika Anda lelah di dalam pertandingan yang salah, keluarlah! Lawanlah musuh yang benar, dan rangkullah orang lain serta masalah hidup sebagai bunga-bunga kehidupan! (Bedjo Lie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar